lama tak jumpaaaa dan cerita baru dari aku and by the way typo nya banyak so happy reading :)
PROLOG
Kala matahari masih malu -
malu untuk menampakkan diri dan ayam juga masih enggan bernyanyi, ia malah
sudah siap dengan baju rapinya itu. Rambut ikat satu yang sudah menjadi ciri
khasnya-pun tak lupa ia beri sedikit hiasan dibagian atas sebagai penjepit poni
yang sudah mulai memanjang. Ia pun memandang dirinya melalui kaca di almarinya"ahh begini sudah lebih
baik" batinnya. Lalu dengan semangat ia memulai rutinitasnya itu dengan
sedikit bersenandung kecil sembari melihat - lihat jalanan kota yang masih
lengang. Deretan pertokoan yang sudah menjadi pemandangan sehari - harinya juga
menjadi penyemangat nya dikala ia mulai lelah berjalan , jarak rumah ke tempat
yang dituju pun tak begitu jauh namun akan tetap memakan tenaga bagi wanita
sepertinya. Ketika ia sudah sampai, ia
mulai meregangkan otot - ototnya untuk persiapan pekerjaannya. Kemudian dengan
sigap ia ambil sapu lidi dan pengki dalam sudut ruangan. Berjalan-lah ia menuju
luar ruangan dengan tersenyum ia menyapa seorang ibu usia 40-an tahun didepan
nya sembari menepuk bahunya"Ehh si cantik ini sudah
datang" sang ibu membalas senyuman tadi dengan cengiran kecil"Ahh, apa to budhe
ini""Cantik itu yaa
cantik" kemudian mengelus pipi wanita itu dengan halus"Iyaa budhe, Lisa manut
sekarang saya harus menyapu yang mana kok disini sudah bersih ?" Tanyanya"Itu aja kamu di tempat
yang kemarin saja aku tak ke dekat kantor pos""Baik budhe, tapi yang
di dekat Bank Mega siapa ?" Tanya Lisa"Biarkan yang lain saja
, siapa suruh mereka belum datang jam segini sudah tau tugasnya nyiapin jalan
buat orang lain ehh ... Malah belum datang" sahut ibu tadi dengan nada
meninggi"Yasudah budhe nggak
baik ngomongin orang, Lisa tak kesana dulu yaa mangga budhe""Yoo cah ayu" Ia pun mulai menyapu jalanan
itu dengan sigap, senandung kecil nya pun tak lupa ia mainkan dengan sedikit
senyuman dibibirnya. Ia pun tiba-tiba berhenti kala mobil lewat dengan cepat
hingga menerbangkan semua dedaunan yang sudah ia sapu. Dengusan kecil terdengar
dari dirinya, 10 detik setelahnya ia malah bergumam tidak jelas dengan nada
sedikit marah. Ahh apa yang kulakukan tidak bekerja malah ngerasani orang
batinnya dalam hati, sesaat setelahnya ia pun memandang jauh kedepan."Kalau aku berusaha
keras dan mampu berjuang lebih keras lagi, akan kubenahi ekonomi Indonesia ini
biar orang-orang kecil seperti aku ini tidak harus menjadi pelayan untuk orang
kaya. Semoga saja kursi menteri itu akan kududuki nantinya hahhahaha" angannya
pun diakhiri dengan tawa nya yang puas terlihat pula peluh yang mulai
berjatuhan menambah kesan bahwa wanita ini benar benar mencintai hidupnya. Ia
memang lah orang yang kurang berada namun dengan semangat kerja keras dari
orang tua dan dirinya, ia dapat menjadi salah satu mahasiswi semester 4 di
Universitas ternama di Yogyakarta, gelar Sarjana Ekonomi yang ia idam - idamkan
beberapa tahun lagi akan menjadi kenyataan dan mungkin saja tak lama setelah
itu ia dapat menjadi Menteri seperti apa yang dia angankan. Walaupun sekarang ia
harus bekerja se-pagi mungkin untuk menambah biaya kuliah ia tak pernah
mengeluh, baginya selagi ia masih bisa tersenyum untuk dunianya mengapa ia
harus bersedih untuk dirinya sendiri. Matahari mulai meninggi tanda
bahwa ia harus mulai aktifitasnya yang lain. Baju yang tadinya penuh peluh,
kusut dan kotor kini berubah tak ada lagi peluh yang terlihat yang ada hanya
kesan anggun dan rapi yang terlihat. Tidak ada kata berhenti untuk istirahat
yang ada ia hanya siap dengan apa yang akan dihadapinya, ia tak pulang ke rumah
hanya untuk mengganti pakaian dengan cepat ia dapat mengganti pakaiannya tadi
di kantor kerja nya. Entah hari ini adalah hari keberuntungan bagi nya atau
malah sebaliknya, kemarin lusa ia sudah menfotocopy buku yang ia pinjam dari
temannya namun ternyata mapel tersebut hari ini kosong."Ahh , sial benar aku
sudah berat kubawa ternyata kosong. Dosen gampang banget yaa ngasih kabar"
gerutunya Ia kini hanya bisa duduk
menunggu mapel berikutnya, menunggu sekitar 3 jam lagi di bangku taman di
tengah kampusnya itu. Daripada ia harus pulang ke rumah lebih baik ia tunggu
saja, kebetulan juga temannya mau menemaninya walau ia harus menunggu sampai
temannya itu keluar jam mapelnya. "Nak Lisa ?" Sapa
seorang ibu kepadanya"Iyaa , ehh ...""Haha lupa nama Ibu yaa
haha"Raut wajahnya pun berubah
merah, malu rasanya bahwa ia lupa pada Ibu pemilik fotocopy langganannya itu."Lha maaf, ibu kan udah
lama nggak buka fotocopy-an nya makanya saya ganti langganan hehe" alasannya
sembari menggaruk kepala yang tak gatal itu"Yowes yowes Ibu juga
paham kok , tapi masa iya lupa sama wajahku yang sedikit oriental ini""Ohhh iyaa Cik Niar, ya
Allah iyaa iyaa maaf cik apa kabar?" Teringatlah ia pada Ibu pemilik
fotocopy itu , perlu beberapa saat untuk mengingat tapi untunglah ia teringat"Baik cah ayuu , kamu
ini makin cantik saja too" guraunya kepada Lisa"Alhamdulillah makasih
Cik" Cik Niar memang pemilik toko
fotocopy yang cukup terkenal disana dan Lisa-lah yang paling mengenalnya.
Mengingat ia pernah bertetanggaan dengan Cacik itu sewaktu ia mengekos di
sekitaran Malioboro. Waktu yang sebenarnya ia ingin gunakan untuk membuka
materi ternyata sudah terganti dengan obrolan ringannya dengan Cik Niar.
Lama-lama obrolan itu semakin serius saat ia mulai menanyakan tentang apa yang
harus ia lakukan kedepannya. "Ehm ,,, menurutku kalau
kamu beranggapan hidup yang kamu jalani ini tidak begitu berat yaa kedepannya
juga tidak berat lah" jawab Cik Niar"Ahh Cik bukan begitu,
aku ini kan anak perantauan di Yogya sendirian jadi kalau boleh jujur aku takut
dengan masa depan ku" sahutnya gelisah"Heh nduk tak kasih tau,
kalau kamu mulai ragu dengan masa depanmu apalagi takut begitu berarti kamu
sudah menyerah sebelum kamu mulai start. Masa depan itukan masih bayangan mau
indah atau buruk yaa itu urusan belakang yang penting, yang ada sekarang ini
dikerjakan dulu di selesaikan, jangan banyak mengeluh orang hidup cuma
sebentar" jawabnya tegas dengan menatap Lisa kuat kuat"Bukannya aku ragu Cik tapi
aku ini anak satu satu nya jadi aku harus bisa membahagiakan mereka orang tuaku
jadi aku nggak mau mereka sedih apalagi susah gara-gara aku" kini
jawabannya mulai terdengar sendu, ia hanya bisa menahan air mata yang mau
keluar. Cik Niar pun mengerti dan menganggukkan kepala nya seraya berkata"Memangnya kamu tau
seberapa sedih atau bahagianya orang tuamu terhadapmu ?" Tanya Cik Niar
"nduk, kamu sudah bisa tersenyum sekarang ini orang tuamu sudah bahagia,
masa depanmu nanti orang tuamu juga masih bingung dan takut tapi mereka juga
tidak akan memaksa kamu buat jadi sukses , tidak, yang mereka butuhkan hanya satu
yaitu anaknya bahagia" lanjut Cik Niar"Tapi Cik keinginan ku
masih banyak , aku masih pengen kuliah lagi aku masih pengen jadi orang hebat
untuk orang tuaku. Tapi kadang aku takut kalau mau bilang ke mereka aku takut
beban ekonomi ini semakin besar" kini air mata yang ia tahan sudah
membasahi pipinya Obrolan kecil dan santai kini
berubah menjadi curahan hatinya, tapi ia hanya ingin lega dengan perasaannya
saat ini ia hanya perlu jawaban dari pertanyaannya selama ini"Iya sudah Cacik hanya
bisa ngasih segitu saja, simple nya kalau kamu pengen Wah dimasa depan nanti
yaa harus Wow di sekarang ini, kalau pengen jadi menteri yaa harus sekolah yang
tinggi dulu yaa. Satu prinsip kamu , susah sekarang sukses masa depan"
jawab sang Cacik dengan tegas "yowes aku tak pulang yoo nduk seminggu lagi
fotocopy-an tak buka lagi kasihan udah 2 bulan tutup yowes yaa""Iya cik makasih
yaa" jawab Lisa dengan kuat tak lupa ia mencium tangan cacik dan
memberikan senyum saat cacik mulai pergi darinya. Kini mata yang tadi sembab
sudah mulai berbinar lagi saat ia bertemu dengan teman yang tadi sudah ia
tunggu."Ahh maaf Lis tadi agak
lama Pak Herry kelamaan, nggak papa kan ?" Tanya sang teman"Nggak papa Ndji, ohh
iya Ndji kira kira kalau aku harus sekolah yang tinggi dulu Presiden mau
nungguin aku nggak ya?" Tanyanya dengan menatap kuat pria yang ada
disampingnya itu"Hahaha kamu lho Lis Lis,
gara-gara jam kosong jadi kayak gitu hahahaa ngayal mu ketinggian" tawa
sang pria saat mengusap kepala Lisa dengan kasar"Ihh Pandji beneran
kalau kalau aku jadi Menteri nanti kan , siapa tau?" Wajah cemberut
gemasnya pun mulai terlihat"Iyaa nanti kalau kamu
jadi Menteri aku tak jadi Suami Menteri aja hahaha biar klop"jawab pria
itu dengan mengendarai motornya meninggalkan Lisa"Ihh Pandji tungguin
dong ahh, awas yaa nanti kalau aku jadi Menteri keuangan kamu bakal aku obrak
abrik, ehh Ndji tunggguuuuuu...." Mungkin ia hanya perlu
tersenyum untuk hari ini dan masa depannya akan terlihat nanti saat ia sudah
siap dengan persiapannya saat ini. Bersama orang-orang yang ia sayangi ia yakin
mimpi yang ia inginkan tak akan pergi begitu saja setidaknya selagi ia masih
bisa tersenyum untuk dunianya mengapa ia harus bersedih untuk dirinya sendiri.